Mengenai Saya

Foto saya
Sumenep, Jawa Timur, Indonesia
cantik, luwes, baik hati, and up to date

Jumat, 03 Mei 2013

Meneladani Sifat Jujur Rasulullah





          Jujur adalah salah satu sifat atau watak positif yang dimiliki oleh sebagian manusia. Jujur mengandung arti lurus hati, tidak curang, atau apa adanya. Dengan kata lain, jujur artinya berkata, atau berbuat berdasarkan kebenaran atau kenyataan. Sifat jujur adalah karakter yang harus ditanamkan dalam diri seseorang karena kejujuran merupakan salah satu perbuatan yang memang dianjurkan bahkan telah diteledani oleh Rasulullah saw.  Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ص.م. قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ, وَ إِذَا وَعَدَ أَخَلَفَ, وَ إِذَا ائْتُمِنَ خَانَ          
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, dari Nabi saw. Bersabda, “tanda-tanda orang munafik ada tiga. Yaitu apabila dia berkata, dia berdusta, dan apabila dia bejanji dia mengingkari, dan apabila dia dipercaya dia berkhianat.
Berdasarkan hadits Nabi di atas sudah sangat jelas bahwasanya berdusta termasuk perbuatan tercela. Rasulullah mencela perbuatan ini hingga perbuatan ini dapat dikategorikan ke dalam sifat munafik. Rasulullah saja selalu berkata dan berbuat jujur dalam kesehariannya. Beliau disenangi oleh kaumnya karena sifat jujurnya tersebut. Seperti ketika beliau berdagang, beliau selalu berkata jujur tanpa menambah ataupun mengurangi, sehingga Rasulullah dijuluki sebagai Al-Amin (orang yang terpercya). Di samping itu, seseorang juga tidak boleh berdusta dengan tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan, kekayaan, bahkan kesenangan untuk diri sendiri. Perbuatan tersebut dapat merugikan orang lain disebabkan perbuatan bohongnya dan hal itu termasuk ke dalam perbuatan aniaya.
            Tidak semua hal harus dilandasi kejujuran. Maksudnya, dalam berlaku jujur, seseorang haruslah bisa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkannya. Jika dengan berlaku jujur dapat mendatangkan manfaat bersama, maka hal itu bisa dilakukan. Namun, jika dengan berlaku jujur dapat mendatangkan mudharat atau mencelakakan orang lain, maka lebih baik hal itu tidak dilakukan. Artinya, berlaku jujur haruslah didasarkan pada situasi dan kondisi yang melingkupinya. Misalnya, ketika ada orang menanyakan seseorang yang hendak dibunuhnya, maka tidak perlu mengatakan dengan jujur keberadaan orang yang dicari tersebut. Sebab hal tersebut dapat mencelakakan orang lain dan inilah letak pengecualian dari berlaku jujur. Oleh karena itu, sebagai umat Nabi Muhammad maka seseorang dituntut untuk selalu berkata dan berbuat jujur dalam sehari-hari pada situasi tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar